On Children
Kahlil Gibran
Your children
are not your children.
They are the
sons and daughters of Life's longing for itself.
They come
through you but not from you,
And though they
are with you yet they belong not to you.
You may give
them your love but not your thoughts,
For they have
their own thoughts.
You may house
their bodies but not their souls,
For their souls
dwell in the house of tomorrow,
which you cannot
visit, not even in your dreams.
You may strive
to be like them,
but seek not to
make them like you.
For life goes
not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows
from which your children
as living arrows
are sent forth.
The archer sees
the mark upon the path of the infinite,
and He bends you
with His might
that His arrows
may go swift and far.
Let your bending
in the archer's hand be for gladness;
For even as He
loves the arrow that flies,
so He loves also
the bow that is stable.
Tulisanku kali ini bukan mengenai
tulisanku. Maaf. Sebenarnya aku tak
perlu minta maaf, tapi maaf ehehe.. On
Children. Beberapa waktu kemarin, seorang teman, Marfa namanya, tak sengaja
mengingatkan kembali mengenai betapa aku menggemari karya itu lewat fitur story di satu media daring, Instagram. Dia mengunggah satu potong
penuh karya Gibran itu sembari menanyakan puisi favorit orang-orang. Tentu
(mengesampingkan tulisanku sendiri ehehe) karya ini menjadi jawabku, bukan? Tentu. Mengesampingkan tulisanku sendiri. Bagaimana tidak? Jika iya, artinya
tulisanku akan segera kehilangan satu-satunya pembacanya ehehe..
Disini, betapa Kahlil Gibran dengan
apik menuangkan pandangannya (yang aku sendiri tidak yakin bagaimana dia memposisikan
dirinya dalam tulisannya). Beberapa orang berpendapat, Kahlil Gibran
memposisikan dirinya sebagai seorang pengamat. Sebab dia sendiri tanpa anak,
sudut pandang seobjektif-objektifnya sudut melihat dia dapat. Begitu kata orang-orang. Tentu,
seobjektif-objektifnya disini memiliki arti objektif dalam pandangan Kahlil
Gibran (yang mana ia sendiri merupakan seorang subjek yang berpikir dan
berpendapat). Boleh jadi, disini, dia malah menempati sudut pandang seorang
anak. Boleh jadi. Boleh tidak. Begitu
kata orang-orang yang lain. Terlepas mana yang betul-betul betul, aku tidak
peduli betul-betul. Jelasnya, dengan Gibran kurang lebih aku sependapat.
Gayanya
menulis, aku sungguh suka. Pesan-pesannya, yang meski menurutku sedikit bernada
menggurui tapi tidak menghakimi. Perumpamaan-perumpamaan
sederhana, (yang meski demikian) maknanya tidak. Dan semuanya. Hal-hal yang meski sarat kritik, berterima. Aku
menyukainya sungguh-sungguh.
Tulisannya ini berbicara mengenai
bagaimana (menurutnya) orang tua bersikap atau lebih tepatnya menyikapi
keberadaan anak-anak mereka. Bahwa, menurut Gibran, membersamai anak-anaknya tidak
semena-mena berarti memiliki hak penuh atas pribadi mereka. Sebab (menurut
Gibran), anak-anak merupakan milik ‘hari esok’.
Sebaliknya, sembari mengibaratkan
orang tua serupa busur panah, Gibran agaknya menekankan besarnya tanggung jawab
yang orang tua miliki. Sebab, pada diri merekalah cepat lambat, jauh dekat,
pula meleset atau tepatnya si anak panah melesat. Begitulah (menurut Gibran). Dengan membersamai anak-anaknya, orang
tua-orang tua mengemban tugas untuk memastikan anak-anak mereka tidak sekedar
sampai pada dan menjadi milik hari esok, tapi juga memilikinya.
Lalu, sampailah pada kutipan kesukaanku.
You may give them your love but not your
thoughts, For they have their own thoughts. Sayangnya, kutipan ini mungkin
akan berumur panjang. Ehehe… Selebihnya, aku kira tulisan Gibran ini tidak
terlalu rumit. Jadi, cukup. (Dengan
bilang begitu, semoga aku tidak terlihat malas menulis panjang-panjang ehehe…)
On Children. Meski karya ini kusukai betul-betul, boleh jadi
pendapat kita berbeda. Boleh jadi, boleh
tidak. Lebih-lebih, tulisan ini (meski aku sepakat) tidak lebih dari opini
Gibran yang tidak wajib diimani.
Sekian.
Love you, beb!! :*
No comments:
Post a Comment
Pendapatmu??