Begini. Mungkin sesekali kamu berpikir mengenai pribadimu sendiri. Hal-hal terkait keberadaanmu di jagat maya. Mengenai dunia maya itu sendiri (baik itu sosial media, permainan daring, maupun wadah-wadah jagat maya lain yang menghubungkan manusia satu dan yang lain). Lalu, mengenai seberapa maya dunia maya. Mengenai apakah apa-apa yang kamu munculkan di dalamnya adalah kamu. Apa malah pribadimu dan deskripsi yang kamu muat (di dalamnya) adalah dua awak yang tak terikat. Pikirmu, mungkin. Mungkin tidak.
Terlepas apapun pendapatmu,
perbolehkan aku untuk ikut masuk ke dalamnya.
Begini menurutku. Adalah betul bahwa dunia maya adalah maya. Sedang kamu adalah kamu. Dengan begitu, misal pun kamu berkelana di jagat maya, hal-hal mengenaimu nyata selalu. Unggahan gambarmu, pesan singkatmu, isi kolom komentarmu, tindak-tanduk, dan segala halnya.
Mengapa demikian? Begini. Bukankah seperti halnya sebab-akibat, setiap aktivitas turut memberi bekas. Bahwa setiap gerak kecil ibu jari di ponsel pribadimu (barangkali) memunculkan kagum, membekaskan kesan, mematahkan hati, dan melahirkan mati, adalah benar. Ya, mati yang sungguhan.
Kemudian, ketika perkara-perkara tersebut terjadi betul-betul, maka seberapa maya dunia maya? Maka, satu kali lagi, aku sampaikan jika dunia maya adalah maya, sedang pribadi-pribadi di dalamnya adalah manusia yang berhati. Jika yang barusan adalah benar, maka bagaimana jagat maya dapat membolak-balikkan kepribadian seorang pribadi?
Begini. Berdasar teori mengenai ketidaksesuaian (self-discrepancy theory), maka seorang pribadi memiliki tiga konsep diri, yang masing-masing darinya ialah:
Begini menurutku. Adalah betul bahwa dunia maya adalah maya. Sedang kamu adalah kamu. Dengan begitu, misal pun kamu berkelana di jagat maya, hal-hal mengenaimu nyata selalu. Unggahan gambarmu, pesan singkatmu, isi kolom komentarmu, tindak-tanduk, dan segala halnya.
Mengapa demikian? Begini. Bukankah seperti halnya sebab-akibat, setiap aktivitas turut memberi bekas. Bahwa setiap gerak kecil ibu jari di ponsel pribadimu (barangkali) memunculkan kagum, membekaskan kesan, mematahkan hati, dan melahirkan mati, adalah benar. Ya, mati yang sungguhan.
Kemudian, ketika perkara-perkara tersebut terjadi betul-betul, maka seberapa maya dunia maya? Maka, satu kali lagi, aku sampaikan jika dunia maya adalah maya, sedang pribadi-pribadi di dalamnya adalah manusia yang berhati. Jika yang barusan adalah benar, maka bagaimana jagat maya dapat membolak-balikkan kepribadian seorang pribadi?
Begini. Berdasar teori mengenai ketidaksesuaian (self-discrepancy theory), maka seorang pribadi memiliki tiga konsep diri, yang masing-masing darinya ialah:
Actual Self. Diri sebenar-benarnya diri. Konsep ini merupakan penjelmaan
dari apa-apa yang seorang pribadi anggap bahwa perkara-perkara tadi betul-betul
mendefinisikan pribadinya. Konsep diri ini terlahir dan terpengaruh oleh
lingkungan sekitar serta manusia-manusia di dalamnya, edukasi, dan pengalaman
hidupnya.
Ideal self. Diri sesempurna-sempurnanya diri. Konsep kedua
merupakan penjelmaan akan hal-hal yang diingini seorang pribadi dalam rangka
menjadi sosok (yang bagi pribadi tersebut) ideal. Terlahir oleh perihal semacam
cita-cita, harapan, mimpi, angan.
Ought Self. Diri sebagaimana mestinya diri. Yang terakhir ialah
penjelmaan mengenai hal-hal yang seorang pribadi percaya bahwa begitulah
sebagaimana dia semestisnya. Konsep ini terkait akan rasa tanggung jawab
seorang pribadi terhadap dirinya sendiri, pribadi lain, dan lingkungan yang
lebih luas.
Lantas, mengapa jagat maya menjadikan manusia menjadi lain?
Begini. Dunia sungguhan membuat manusia-manusianya sungguh-sungguh bersentuh dan bertatap. Yang demikian menjadikan hukum sosial dan norma-normanya menjadi satu perkara yang mengikat. Maka actual dan ought self menjadi domain yang dominan. Bahwa tindak-tanduk manusia satu melibatkan manusia yang lain (baik secara fisik maupun perasaan). Kemudian, (takut-takut menyebabkan pribadi lain sakit hati) manusia belajar menahan diri dan berkompromi.
Sedang di jagat maya, tatap dan sentuh tidak terjadi sungguh-sungguh. Manusia dianggap tidak benar-benar terlihat. Bagaimana hukum, norma, nilai sopan serta santun, dan rasa tanggung jawab mengikat hal yang tidak terlihat? Maka, ideal self mengambil alih dominasi. Dan lalu, beberapa orang mencoba menjadi sesempurna-sempurnanya. Dan kemudian, (tanpa memikirkan baik buruk tindakannya bagi orang lain) menjadi sebebas-bebasnya.
Dengan demikian, (beberapa) manusia boleh jadi (sama halnya dengan pendapat bahwa dunia maya adalah maya) menganggap bahwa manusia-manusia lain sama mayanya.
Lantas, mengapa jagat maya menjadikan manusia menjadi lain?
Begini. Dunia sungguhan membuat manusia-manusianya sungguh-sungguh bersentuh dan bertatap. Yang demikian menjadikan hukum sosial dan norma-normanya menjadi satu perkara yang mengikat. Maka actual dan ought self menjadi domain yang dominan. Bahwa tindak-tanduk manusia satu melibatkan manusia yang lain (baik secara fisik maupun perasaan). Kemudian, (takut-takut menyebabkan pribadi lain sakit hati) manusia belajar menahan diri dan berkompromi.
Sedang di jagat maya, tatap dan sentuh tidak terjadi sungguh-sungguh. Manusia dianggap tidak benar-benar terlihat. Bagaimana hukum, norma, nilai sopan serta santun, dan rasa tanggung jawab mengikat hal yang tidak terlihat? Maka, ideal self mengambil alih dominasi. Dan lalu, beberapa orang mencoba menjadi sesempurna-sempurnanya. Dan kemudian, (tanpa memikirkan baik buruk tindakannya bagi orang lain) menjadi sebebas-bebasnya.
Dengan demikian, (beberapa) manusia boleh jadi (sama halnya dengan pendapat bahwa dunia maya adalah maya) menganggap bahwa manusia-manusia lain sama mayanya.
Fisik. Pikiran. Hati.
Maha gila jagat maya dan seisinya. Yang menjadikan yang nyata mati. Dan menjadikan yang maya menjadi-jadi.
Maha gila jagat maya dan seisinya. Yang menjadikan yang nyata mati. Dan menjadikan yang maya menjadi-jadi.
No comments:
Post a Comment
Pendapatmu??