}

Memaknai Pilihan: Putusanmu, Putusanmu?



Sekiranya kamu beranggapan jika, denganmu, aku hendak berbagi mengenai hal-hal semacam seni merumus keputusan maupun kiat-kiat tepat menetapkan pilihan bijak, maka kamu keliru. Maaf. Tidak berarti aku enggan menuntunmu betul-betul. Sebagai satu perbincangan, hal yang demikian juga laik. Namun, perihal kamu aku tidak mengerti baik-baik. Sayang, sungguh. Sementara mengenaimu aku nihil, (tentu) akan menjadi tidak adil bagi kamu, ketika (dalam putusanmu akan sesuatu) aku berusaha ikut andil. (Bagimu) bagaimana yang demikian menjadi berterima jika mendengar masalahmu pun aku tidak biasa? Bohong benar jika aku bilang “perkaramu aku paham”. Kan?? Maka darinya aku perlu bilang, aku tidak sedang membuatmu berkiblat pada pilihanku dalam memaknai pilihan. Tenang. Bahkan aku tidak tahu apa tulisanku membantu. Meski begitu, perbolehkan aku menulis opiniku. Kamu pun, demikian. Opinimu aku tunggu sungguh-sungguh.

Lalu, apa makna pilihan? Aku tahu kau tahu. Sedang menurutku, pilihan bermakna serangkai kemungkinan yang satu dari dua atau lebihnya (pada keadaan/kesempatan dan waktu tertentu) akan/harus dijalani. Pilihan barangkali menjelma hal yang seorang putus/buat, dan yang tidak dia buat, dan yang untuknya orang lain bulatkan. Iya. Orang lain. Adalah benar bahwa orang-orang (baik yang merasa ikut berwenang, menaruh ketertarikan, maupun, yang atas dirimu, mereka mencari keuntungan) selalu mencoba menumbuhkan pengaruhnya atas pribadi dan hidupmu. Pun pada setiap keputusanmu. Semoga perihal demikian kamu tidak abai.

Abaipun apa boleh buat? Bukankah sejak awal memang tidak ada ruang untuk individu memilih sebebas-bebasnya pilihan? Dan bukankah ikut campur urusan juga satu dari sekian hal yang menjadikan manusia manusia? Maka, abaipun apa boleh buat. Lebih-lebih, yang begitu (upaya-upaya individu satu menaruh pengaruh pada individu lain) terjadi setiap waktu. Melalui ceritanya, pesan singkatnya, kiriman fotonya, 15 detik unggahan story­-nya. Apa boleh buat. Bukan salahmu.

Lagipula, tidakkah menjadi bagian dari pemikiran orang mendatangkan aman? Sedang menjadi mandiri atas putusanmu sedikit banyak menjadikanmu gamang? Menjadi mandiri pun butuh cukup percaya diri, kan? Sedang usaha-usaha mendapatnya tidak gampang. Lebih-lebih, mendapat pengakuan orang memuaskan, kan? Duduk diam, mengangguk, mengiyakan dan cukup.

Terakhir, sebagaimana umumnya kemungkinan, ketidakpastian hasil dari apa-apa yang hendak seorang kerjakan tidak jarang pula menjadi pasung bagi tindak. Yang demikian hampir selalu menghadirkan keragu-raguan bagi seorang untuk memilah pilihan dan merumus keputusan. Bagaimana tidak? Lagipula, selayaknya sebab-akibat, pada tiap-tiap pilihan terbaring tanggung jawab. Ragulah. Tak masalah.


Serupa hal yang diawal-awal aku tekankan benar-benar. Aku tidak mencoba mengguruimu. Mengenaimu pun aku awam. Bagaimana boleh hal-hal terkait putusan keputusanmu aku paham, kan? 







Sumber gambar: sciencenews.org

No comments:

Post a Comment

Pendapatmu??